PERAN AL-MUWAHHIDUN DALAM PROSES ISLAM  

Posted by Unknown in

 BAB I
Pendahuluan
            Afrika utara merupakan daerah yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Afrika ke wilayah Eropa. Pada abad 12  muncul dinasti yang kuat dan besar di wilayah Afrika Utara yaitu dinasti Muwahidun. Dinasti ini bermula dari gerakan agama-politik berkembang untuk memajukan peradaban yang tidak ada banding dalam sejarah dinasti di Afrika Utara. Selanjutnya, banyak tantangan yang dihadapi salah satunya pada saat menghadapai pasukan Kristen yang berusaha mengusir umat muslim dari Andalusia.
            Dalam tulisan ini dibahas bagaimana proses berdirinya dan bagaimana peran abu abdullah muhammad ibnu tumrat, kemudian penjelasan mengenai perkembangannya, dan sebab-sebab kemunduran dinasti muwahidun





BAB II
Pembahasan

A.    Latar Belakang Berdirinya
            Dinasti Muwahhidun bermula dari sebuah gerakan agama-politik yang didirikan oleh seseorang dari kalangan orang-orang Berber di Mauritania, Ia adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Tumart. Dia  mengumumkan dirinya sebagai khalifah sekaligus mahdi di dekat sungai Nafis. Abu Abdullah Muhammad ibn Tumart adalah anak seorang penyala lampu masjid, dengan postur tubuh jelek, kecil, dan berwajah buruk menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa, yang menentang musik, minuman, dan segala bentuk permainan yang melalaikan. Masa mudanya ia belajar berbagai macam ilmu pengetahuan di Cordova, Kairo dan Baghdad pada ulama yang terkenal seperti al-Ghazali, al-Tartusi, dan lain-lain.
            Gerakan Muwahhidun diprakarsai oleh Abu Abdullah Muhammad ibn Tumart. Ia menuduh raja Murabbitun salah karena menyimpang dari agama Islam dan menjauhi dari Sunah Rasul. Banyak orang bersimpati padanya, ia mengajarkan kepada sukunya, dan suku lain di Maroko, doktrin tauhid ke Esaan Tuhan, dan konsep spiritual tentang Tuhan. Langkah ini merupakan bentuk protes pada paham antropomorfisme berlebihan yang telah menyebar dikalangan umat Islam. Karena itu, para pengikutnya disebut Al-Muwahhidun.[1] Atas kritiknya terhadap raja Murabbitun tersebut dia dianggap berbahaya dan diusir dari Maroko.
            Pada 1130 M, ibnu Tumart digantikan oleh sahabat sekaligus jenderalnya Abd Al-Mu’minin ibn Ali, anak seorang pembuat tembikar dari suku Zanatah yang menjadi khalifah pandiri dinasti Muwahhidun, dinasti terbesar yang pernah lahir di Maroko dan tak tertandingi dalam sejarah Islam Afrika. Pada tahun 1146-1147 M Dinasti Murabitun beserta pasukannya hancur setelah 11 bulan dikepung oleh pasukan Abd al-Mu’minin dekat Talimcen serta menguasai Fez, Ceuta, Tangier, dan Agmat. Keturunan terakhir Murabitun dibunuh oleh al-Mu’minin meski masih bayi yang tak berdosa yang bernama Ishaq Ibn Ali. Setelah musnahnya semua keturunan Murabitun, Maroko sekarang menjadi ibukota Muwahhidun.  
           
B.      Perkembangan
            Abu Abdullah Muhammad ibn Tumart dan Abd Al-Mu’minin ibn Ali adalah peletak lahirnya Dinasti Muwahhidun. Setelah menumbangkan perlawanan dari pasukan Murabitun dan menguasai Maroko serta sekitarnya kini giliran Andalusia yang menjadi bidikannya. Pada 1145 M al-Mu’minin mengirim satu pasukan ke Andalusia yang kala itu sedang kacau, pertikaian politik, dan perampokan. Pasukan ini, dalam waktu lima tahun, berhasil menaklukan seluruh wilayah muslim di semenanjung ini. Hanya kepulauan Balearic termasuk  ke dalam emiret Umayyah sejak 903 yang selama beberapa tahun disisakan di tangan penguasan Murabitun terakhir.[2] Abdul Mu’min membangun Andalusia dengan teratur, makmur dan sejahtera.[3] Penaklukan wilayah tidak hanya di Andalusia saja tapi juga di daerah Afrika juga, 1152 M Aljazair di taklukkan, 1158 M Tunisia jatuh ke tangan Muwahhidun dan 1160 M Tripoli masuk daerah penguasaan dinasti yang baru berkembang itu. Selain itu juga berhasil menguasai kerajaan Hammadiayah Bejaya, Ziridiyah di Ifriqiyah, mengusir orang-orang Kristen dari pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai, dan berhasil membuat dirinya sebagai penguasa seluruh negeri diantara Teluk Sidra dan Samudra Atlantik. Pada gilirannya terbentuklah dinasti Al-Muwahhidun yang kuat dengan ibukota di Sevilla.[4]
            Setelah wafatnya al-Mu’minin pada tahun 1163 M. digantikan Abu oleh Abu Yusuf Yaqub al-Mansur (1184-1199), yang seperti kebanyakan Berber merupakan putra dari seorang budak Kristen. Naiknya al-Mansur ke singgasan ditandai dengan pendirian menara, yang disebut Giralda, sebagai pelengkap untuk masjid besar. Masjid yang dimaksud mulai dibangun pada 1172 dan rampung pada 1195, dan saat ini di ubah menjadi katedral. Di Maroko dia juga membangun Ribath al-Fath, yang mencontoh Iskandariyah, dan di Maroko ia membangun sebuah rumah sakit yang oleh tokoh sezamannya, al-Marrakusyi, dianggap sebagai bangunan yang tak ada bandingnya di dunia.
            Perhatian utama para khalifah Muwahhidun di Andalusia  adalah memenangi Perang Suci melawan Kristen, namun keinginan itu tidak berhasil dicapai. Kekalahan talak di Las Navas de Tolosa pada 1212 M membuat mereka di usir dari semenanjung itu. Pertempuran ini yang oleh orang Arab di sebut Perang al-Uqob (bukit), berkobar disuatu tempat kira-kira 119 km arah timur Cordova. Tentara Kristen yang terdiri pasukan Aragon bersama rajanya, pasukan Navarre beserta rajanya, dan satu unit pasukan elit Portugal bersama bebeapa orang kesatria, dipimpin Alfonso VIII dari Castile, yang diantaranya laskarnya adalah tentara Salib Prancis.
            Khalifah Muhammad al-Nasir (1199-1214), putra al-Mansur memimpin pasukan Arab. Dalam perang itu, hanya 1.000 orang tentara Islam yang behasil lolos dari sekitar 600.000 tentara yang berhasil meloloskan diri. Al-Nasir sendiri menyelamatkan diri ke Maroko, dan meninggal disana dua tahun kemudian. Bersamaan dengan itu, berakhirlah kekuasaan Muwahhidun di Andalusia. Semua kawasan Andalusia muslim berada dibawah kaki para penakluk. Lambat laun Andalusia muslim terpecah menjadi sejumlah wilayah yang dikuasai raja-raja Kristen dan beberapa raja kecil Muslim. Diantara semua itu, Nasiriyah dari Granada merupakan negeri yang paling menonjol, dan menjadi representasi akhir dari otoritas muslim disemenanjung itu.
            Dari sisi kemajuan peradaban, kemajuan dalam bidang arsitektur, dekorasi dan seni bangunan lainya dapat disksikan sampai sekarang. Dalam bidang intelektual, nama-nama tokoh seperti Ibnu Batutah, Ibnu Khaldun dan Ibn Zuhr telah menjadi simbol dari kemajuan peradaban islam di daerah tersebut. Selain tokoh tersebut hidup jga ilmuan lainnya seperti Ibn Hasan, Hasan ibn Haisyam 965-1039 M, Ibn Bajjah W. 1138, Ibn Rusyd 1126-1198 M, Ibn Arabi 1165-1240 M, dan masih banyak lagi yang membawa kajayaan Islam.

C.    Sebab-sebab Kemunduran
            Setah kekelahan dalam perang melawan Kristen daerah kekuasaan Muwahhidun pecah menjadi daerah-daerah kecil yaitu: Dinasti Nashriyah (1232-1492 M) di Granada, Dinasti Bani Mariniah di Maroko, dan Hafsidiyah di Tunis. Salah satu diantara akhir dari kemunduran kekuasaan al-Muwahhidun ditandai dengan munculnya Zagmahrasan ibn Zaiyyan di Tlencen (Tilingsan), yang pada tahun 1236 M mendirikan dinasti Abdul Wadiyah yang independen. Pada tahun berikutnya Abu Zakaria Yahya, Gubernur Ifriqiyah, menyatakan kemerdekaanya dan mendirikan dinasti Hafsyiyah. Akhirnya ibu kota al-Muwahhidun jatuh ketangan Mariniyah pada tahun 1269 M, dan dengan demikian berakhirlah dinasti al-Muwahhidun.

BAB III
Penutup
            Dari paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa Dinasti Muwahidun bermula dari gerakan politik agama oleh Ibn Tumart. Setelah meninggal dunia dia digantikan oleh al-Mu’minin yang berhasil mnumbangkan Murabitun di Afrika dan Andalusia. Pada masa Mu’minin lah Murabitun mendapat serangan dari Kristen dan akhirnya daerah kekuasaanya terpecah-pecah menjadi dinasti-dinasti kecil, yang akhirnya hancur karena serangan dari Kristen sampai juga jatuhnya Granada.

Daftar Pustaka
Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Paradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Publiser. 2007
Maryam, Siti dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Lesfi. 2004
 Hitti, Philip K. History of The Arabs. Jakarta: Serambi. 2005

Hasan, Hasan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota Kembang. 1997
Hamka. Sejarah Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1975 Jilid II



[1] Philip K. Hitti, History of The Arabs. (Jakarta: Serambi. 2005).,Hlm 694.
[2] Philip K. Hitti, History of The Arabs. Hlm. 696
[3] Abdulm Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. 2007). Hlm. 244
[4] Sujadi dalam Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam dari masa Klasik hingga Modern.(Yogyakarta : LESFI. 2004),.Hlm 229.

This entry was posted on Selasa, November 13, 2012 at 2:45 AM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

1 comments

Anonim  

TULISANNYAKOK BAGUSMAS.. AKU TUNGGU PASTINGANNYA....

13 November 2012 pukul 02.51

Posting Komentar