undefined
undefined
INDONESIA DI BIBIR NERAKA
Ahir-ahir ini kita dihebohkan oleh
kasus degradasi normal yang dilakukan oleh pihak-pihak yang lebih mementingkan
kepentingan individu daripada kepentingan mayoritas. Penegak hokum telah
mengalami disorientasi , bagaimana tidak, semisal hakim syarifuddin. Seorang
hakim yang kalau dilihat dari nama maupun secara institusi seharusnya bertindak
bijak, bersikap proporsional dan membela yang benar, saat ini telah melakukan
penyelewengan atas konstitusinya sendiri. Syarifuddin membeoli konstistusinya
sendiri dengan melanggar kode etik hakim yang dilarang menerima suap dari pihak
manapun. Sebenarnya tidak hanya syarifuddin, masih banyak penegak-penegak hokum
lainnya yang sama bejadnya, sebut saja jaksa cirus yang menghilangkan beberapa
pasal korupsi atas gayus.
Tidak hanya dengan penegak hokum,
pejabat pemerintah baik yang duduk legislative maupun pejabat pemerintahan
lainnya pun berbondong-bondong merapat ke gedung TIPIKOR untuk menjalani sidang
tersangka. Wakil rakyat yang seharusnya melindungi, mengayomi, dan
mensejahterakan rakyat malah mendistorsi tugas mereka.
Mereka sibuk
mensejahtrakan perut mereka masing masing dengan berbagai tipu muslihat demi
mendapatkan isi perut. Dan bahkan orang yang benar-benar ingin menerapkan isi
pancasila, harus menerima rekadaya agar terjungkal dari kursinya, bahkan lebih
naas, dibui. Dalam pepatah jawa dengan melihat kondisi real Indonesia saat ini
ada sebuah peribahasa yang tepat wong jujur ajur.
Degradasi moral ini pun merambah ke
pelbagai lini, kita bisa lihat kasus di tubuh persepak bolaan Indonesia.
Intrik, intimidasi dan suap telah menggerogoti tubuh PSSI untuk memperoleh
kekuasaan. Suara dan hati rakyat sebagai Tuhan mereka telah mereka abaikan
hanya untuk kepentingan segelintir golongan.
Dan yang paling lucu dan pastinya
membuat kita tertawa dan ngelus dada, ketika para pejabat telah
diindikasikan melakukan tindakan korupsi, mereka segera melarikan diri ke luar
negeri dengan berbagai alasan. Yang mengaku sakit jantung lah seperti yang
dikatakan oleh nazaruddin, dan yang lebih parah lagi adalah nunun yang mengaku
sakit lupa dan menjalani perawatan di Singapura. Seoalah-olah rakyat Indonesia
ini bodoh yang mudah untuk dikibuli, tak tahu apa-apa dan percaya begitu saja.
Kalau sudah seperti ini, mosi tidak
percaya masyarakat terhadap pihak pemerintah menjadi sebuah keniscayaan dan
merupakan hal yang tidak dianggap tabu. Sangat wajar ketika sebagian masyarakat
Indonesia merindukan pemerintahan orde baru lagi, walaupun dikatakan otoriter
dan tangan besi namun kesejahtraan rakyat masih bisa dirasakan, dan tentunya
pemerintah tidak disibukkan oleh urusan interen mereka, terlepas dari adanya
indikasi pengurasan harta Negara oleh individu.
Indonesia saat ini telah mengalami
sakit moral yang sangat akut akibat ulah beberpa oknum. Masyarakat sudah merasa
geram terhadap ulah para oknum elit saat ini. Sehingga ada sebagian masyarakat
Indonesia yang menganggap bahwa pemerintahan SBY jilid II ini gagal total, dan
menginginkan SBY mundur dari tampuk kepemimpinan. Masyarakat sangat mengutuk
tindakan-tindakan para oknum tersebut, dan menginginkan pemerintahan di bawah
SBY sebagai pemerintahan yang bersih dan menjadi wadah bagi suara rakyat.
This entry was posted
on Jumat, Desember 13, 2013
at 1:58 AM
and is filed under
Politik
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.