undefined
undefined
SERANGAN DARI LANGIT
Alam taro kaifa
fa’ala robbuka bi ashabil fiil. Alam yaj’al kaidahum fii tadlil. Wa arsala
‘alaihim toiron abaabiil. Tarmihim bi hijaarotim min sijjiil. Faja’alahum
ka’asfim ma’kul.
kisah yang sangat mengerikan itu,
(wuusssh) terjadi pada masa sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kisah yang
bermula ketika Raja Abrahah dari Yaman merasa iri terhadap kota Mekkah, kota yang
di dalamnya terdapat ka'bah yang selalu ramai dikunjungi oleh orang-orang Arab
melakukan ibadah haji setiap tahun.
Pada saat itu, Raja Abrahah mempunyai
hasrat besar untuk menghancurkan ka'bah dan berniat untuk mengalihkan
peribadatan orang-orang Arab ke negerinya yaitu Yaman. Sebelum melakukan
penyerangan ke Mekkah, Abrahah mengirimkan seorang utusan untuk memberi tahu
maksud dan keinginannya.
Berkatalah
utusan abrahah: “hai penduduk mekkah, pemimpin kami telah membangun sebuah
gereja yang megah dan mewah. Maka, berpindahlah kalian ke Yaman. Jika tidak,
pemimpin kami akan segera membinasakan ka’bah dan tempat ibadah kalian”
Hari demi hari berlalu, ternyata
ancaman Abrahah itu tidak di hiraukan oleh penduduk Mekkah, mereka tetap saja
beribadah di Mekkah. Karena pembangkangan penduduk Mekkah itulah, akhirnya
Abrahah benar-benar marah dan memerintahkan seluruh pasukannya untuk segera bersiap-siap
menyerang Mekkah dan menghancurkan Ka'bah.
Dengan wajah
memerah karna marah, abrahah pun memberi komando: “segera siapkan bala tentara
gajah, kita hancurkan ka’bah sekarang juga!!”
Tentara:
“siaaaaappp”
Pasukan Abrahah ini memiliki
peralatan perang yang sangat lengkap, baju besi dan gajah-gajah yang akan di
pergunakan untuk merobohkan ka'bah. Tak ada seorangpun yang akan mampu melawan
kekuatan mereka, tapi saksikanlah! sebentar lagi bala tentara Allah yang jauh
lebih kuat dari pasukan Abrahah akan menghancurkan Abrahah dan pasukannya tanpa
sisa.
Sesampainya di
mekkah, Abrahah berkata: “hahahaha... hai penduduk mekkah, tidak perlu takut
akan kedatanganku dan pasukanku. Karna aku dan gajah-gajahku ini hanya ingin
menghancurkan ka’bah yang kalian miliki. hahahaha”
Mendengar pesan itu, penduduk
Mekkah yang dipimpin oleh Abdul Muthallib tidak dapat berbuat apa-apa untuk
menghentikan niat Abrahah. Tidak ada pilihan lain kecuali pasrah dan menyerah.
Beberapa saat
sebelum penghancuran Ka'bah, Abrahah pun berkata lagi: “untuk kalian semua,
kusarankan untuk segera meninggalkan ka’bah dan pergilah kemanapun kalian suka.
Hahahahaha”
Tak ada pilihan lain, sang Abdul
Muthollib menginstruksikan kepada kaumnya untuk segera berlindung dan mengungsi
dibalik bukit-bukit disekitar Mekkah.
Dalam perjalanan ekspansi pasukan
Abrahah menuju penghancuran Ka'bah, ternyata Abrahah telah merampas unta-unta
milik penduduk Mekkah dan sekitarnya, termasuk unta milik Abdul Muthollib. Maka
dengan amat murka, kakek Nabi ini memberanikan diri untuk meminta kembali
unta-unta yang dirampas Abrahah. Demi untuk mendapatkan kembali harta
bendanya,Muthallib pun mengunjungi tenda peristirahatan Abrahah seorang diri
tanpa pengawalan. Dan dialog pun terjadi di antara mereka.
"Ada perlu
apa Anda menemui aku?" tanya Abrahah.
"Anda telah
merampas 200 ekor unta milikku dan 400 ekor unta milik penduduk Mekkah. Aku
datang untuk meminta Anda mengembalikan semua itu kepada kami", jawab
Muthallib.
Abrahah terkejut dan tertawa
terbahak-bahak sambil mengejek, "hahahaha.. Anda ini aneh sekali. Saya
datang hendak merobohkan Ka'bah, dan Anda datang kepadaku dengan urusan yang
remeh? Dimanakah nyali dan harga diri Anda? Pantaskah Ka'bah yang Anda dan
bangsa Arab yang dimuliakan itu sedang dalam keadaan bahaya, justru Anda hanya
menuntut onta Anda dikembalikan??"
"Tentu
saja", sanggah Mutthalib. "Unta-unta itu kepunyaanku
dan penduduk Mekkah. Maka aku wajib memeliharanya. Sedangkan Ka'bah bukan
kepunyaanku. Ka'bah adalah kepunyaan Allah, maka Dia-lah yang akan melindungi
dan memeliharanya".
Kembali Abrahah tertawa
terbahak-bahak seolah melecehkan perkataan Abdul Muthallib, "hahahaha..
Apakah Allah yang konon pemilik Ka'bah itu akan mampu merintangiku
menghancurkannya?"
"Aku tidak
tahu, itu urusan Allah. Tapi aku yakin, Allah tidak akan membiarkan milik-Nya
dinodai oleh siapa pun." Jawab abdul muthalib memperingatkan.
“Jadi Anda tidak
ingin memintaku untuk menghentikan niatku menghancurkan Ka’bah?” tanya
abrahah heran
Abdul Muthallib menggelengkan
kepala, "Tidak!."
Jawaban yang tenang dan
meyakinkan dari Abdul Muthallib membuat Abrahah tidak tenang. Namun dia tidak
peduli dengan kerisauannya. Meski hatinya di dera rasa was-was dan risau, namun
Abrahah tetap melanjutkan niatnya dan segera memerintahkan anak buahnya untuk
mengembalikan unta-unta bangsa Arab, kemudian menyelesaikan misinya yaitu
menghancurkan Ka'bah.
Detik-detik penghancuran pun
tiba, “pasukan!!! Serbuuuuuu!!!!” “hancurkan, hancurkan, hancurkan”. Abrahah
dan pasukan gajahnya mulai mendekati Ka'bah. Abrahah merasa yakin bahwa dia
akan dapat menghancurkan Ka'bah dengan sangat mudah.
Namun apa yang terjadi
selanjutnya?? Kekuasaan dan pertolongan Allah pun tiba. Tiba-tiba gajah-gajah yang
ditumpangi abrahah dan pasukannya tidak berani menyentuh Ka'bah, gajah-gajah
itu mengamuk “hhiiiyaaa...
errrggggrhh..” seakan-akan mereka tahu akan datangnya serangan dari langit.
Benar saja, gerombolan
burung-burung Ababil yang berjumlah, ratusan, ribuan, bahkan mungkin jutaan
telah melayang-layang tepat di atas mereka. Jumlah burung sebanyak itu bagaikan
kumpulan awan hitam pekat yang mengandung petir dahsyat yang siap menyambar
musuh-musuh Allah.
Di antara paruh-paruh dan
kaki-kaki Ababil itu terdapat bara api yang sangat panas yang berasal dari
kerikil-kerikil neraka. Apa yang dilakukan Ababil? Ternyata bara api itu mereka
jatuhkan tepat di sasarannya,yaitu musuh Allah, Abrahah dan pasukannya. Satu
per satu mereka dihujani bara api. “wuuuussssshhh” semua tentara abrahah
kocar-kacir ketakutan “aaaahhhh lariii, ada meteoooor” subhanallah, Satu
bara api yang sebesar kerikil ternyata mampu melelehkan kulit-kulit tentara
Abrahah dan menghanguskan tubuh-tubuh mereka dan hancurlah mereka sebelum
mereka berhasil menghancurkan Ka'bah.
Demikianlah kisah Ababil dalam
sejarah. Dan kisah tersebut benar-benar nyata. Tidak ada sesuatu yang terjadi
tanpa hikmah yang terkandung di dalamnya. Kisah tersebut mengajarkan kita untuk
jangan merasa sombong dengan segala apa yang kita miliki, karna yang berhak
sombong adalah Allah SWT.
This entry was posted
on Rabu, November 28, 2012
at 2:52 PM
and is filed under
cerpen
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.