Posted by MUSLIH SUMANTRI in

SUARA MAHASISWA
Tidak ada gunanya kita mencintai kemerdekaan, ghka kita tidak berani melawan penjajahan.
Tidak ada gunanya kitamenjunjung tinggi sila ketuhanan jika jita tidak berani melawan kesewenang-wenangan.
Tidak ada gunanya kita mengagungkan sila peri kemanusiaan, jika kita masih membiarkan merajalelanya situasi yang tidak manusiawi.
Tidak ada gunanya kita cinta persatuan indonesia jika jiwa ini sudah tidak punya rasa nasionalisme terhadap bangsa ini.
Tidak ada gunanya kita cina sila kerakyatan jika rakyat indonesia tidak pernah kita perjuangkan hak-haknya.
Tidak ada gunanya kita berbicara tentang sila keadilan sosial, jika masih membuiarkan kepincangan ekonmi sosial ada dimana-mana.
Saat nibangsa indonesiasedang mengalami peristiwa yang lebih buruk dari pada tahun ’45, ’55, ’65.
Tiga pilar utama bangsa indonesia dipuatrbalikkan hingga nasional kita terpecah belah, tanpa kohesi, dan saling membunuh.
Konstitusi undang-undang 1945 telah mati.
Sebagai negara, indonesia bukan lagi negara hukum tapi negara kekuasaan.
Sampai sekarang rakyat kecil masih percayakah bahwa mahasiswa adalah Kaum intelek, kaum terpelajar, dan juga mereka masih percayakah bahwa ditangan mahasiswa nasib bangsa ini akan dan bisa berubah?
Setiap revolusi disetiap lembar sejarah-sejarah bangsa ini selalu dipimpin oleh kaum muda.
Bangsa ini sedang dalam proses pembusukan dan satu-satunya jalan yang bisa menyelamatkan adalah revolusi.
Disinilah gerakan mahasiswa yang memiliki legitimasi moral, mempunyai tanggung jawab untuk mentransformasikan perannya ditengah-tengah krisis multi dimensi yang tengah mendera bangsa ini.
Tapi percuma kita bicara perubahan dan perjuangan kalau nantinya menjadi basi.
Karena tidak ada artinya kita berlabel aktivis jika hanya sekedar menjadi label jika perjuangan untuk rakyat tidak ada.
Perlu adanya kekonsistenan dari seluruh elemaen gerakan mahasiswa, khususnya kita yang ada disini untuk menjadikan gerakan mahasiswa sebagai wadah dalam memperjuangkan bansa indonesia ini.
Paling tidak, sesekali melancarkan serangan secara sporadis terhadap kebijakan yang tidak populis, karena “jika kita bukan bagian dari penyelesaian, maka kita akan menjadi bagian dari persoalan”.


This entry was posted on Sabtu, Juni 28, 2008 at 3:18 AM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 comments

Posting Komentar