undefined
undefined
FILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN
FILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN
Filsafat
Yunani mengalami kemegahan dan kejayaannya dengan hasil yang sangat gemilang,
yaitu Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Giliran selanjutnya
adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi.
Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan
kekuasaannya hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat
Yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Agustus yang berperan
mencipta masa keemasan kesustraan Latin, kesenian, dan arsitektur Romawi.
Di
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira – kira selama 5
abad) belum memunculkan ahli pikir(filosof) , akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi,
barulah muncul para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi,
filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat Barat abad pertengahan .
Filsafat
barat abad pertengahan (476 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”.
Pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu
tindakan gereja sangat mebelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi
memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya.
Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berpikir. Apabila
terdapat pemikiran – pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang
yang mengemukakannya akan mendapat hukuman berat. Pihak gereja melarang
diadakannya penyelidikan – penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Yang
berhak mengadakannya adalah pihak gereja. Walaupun demikian , ada juga yang
melanggar dan mereka dianggap murtad kemudian di inkuisisi. Pengejaran terhadap
orang – orang murtad ini mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius III di
akhir abad XII, dan yang paling berhasil dlam pengejaran orang – orang murtad
ini di Spanyol.
Ciri
– ciri pemikiran filsafat abad pertengahan adalah:
-
cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
-berfilsafat
di dalam lingkungan ajaran Aristoteles
-berfilsafat
dengan pertolongan Augustinus dan lain – lain
Masa
ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah
hidup yang saleh. Namun di sisi lain, dominasi gereja ini tanpa memikirkan
martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran,keinginan dan
cita – cita untuk menentukan masa
depannya sendiri.
Masa
abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu: masa pratistik dan masa
skolastik. Masa skolastik terbagi menjadi: Skolastik Awal, Skolastik Puncak,
dan Skolastik Akhir.
A.
Masa Pratistik
Berasal dari kata latin pater atau
bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin ini dipilih dari
golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah
menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya.
Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya.Bagi
yang menolak, mereka beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu
firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain
seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang menerima sebagai alasannya
beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan,
tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya
saja (tata cara berfikir).
Perbedaan pendapat tersebut
berkelanjutan, sehingga orang – orang yang menerima filsafat yunani menuduh
bahwa mereka (orang – orang kristen yang menolak filsafat Yunani) itu munafik.
Kemudian, orang – orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal, bahwa tuduhan
tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang – orang yang dituduh munafik
tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang – orang yang menolak
filsafat yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar – benar hidup sejalan
dengan Tuhan.
1. Justinus
Martir
Nama
aslinya Justinus, kemudian nama Martir diambil dari istilah orang – orang yang
rela mati hanya untuk kepecayaannya.Menurutnya, agama Kristen bukan agama baru
karena .Kristen lebih tua dari filsafat dari filsafat Yunani, dan nabi Musa dianggap
sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, musa hidup sebelum Socrates dan
Plato. Socrates dan Plato sendiri
sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan memakai hikmah musa. Selanjutnya
di katakan bahwa filsafat Yunani itu
mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini berdasarkan bahwa kristus adalah
logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang – orang Yunani (Socrates, Plato dan lain – lain) kurang
memhami apa yang terkandung dan memancar dari logosnya, yaitu pencerahan
sehingga orang – orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni.
Mengapa meeka menyimpang? Karena orang – orang yunani terpengaruh oleh demon
atau setan. Demoun atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian
dipalsukan. Jadi agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani.
Demikian pembelaan Justinus Martin.
2. Klemens
(150 – 215)
Ia
juga termasuk pembela Kristen, tetapi ia tidakmembenci filsafat Yunani. Pokok –
pokok pikirannya adalah sebagai berikut :
- memberikan
batasan – batasan terhadap ajaran kristen untuk mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani
- memerangi
ajaran yang anti terhadap kristen dengan menggunakan filsafat yunani
- bagi orang
kristen, filsafat dapat diapakia untuk membela iman kristen, dan memikirkan
secara mendalam.
3. Tertullianus
(160 – 222)
Ia
dilahirkan bukan dari keluarga kristen, tetapi setelah melakukan pertobatan ia
menjadi gigih membela kristen secara fanatik. Ia menolak kehadiran filsafat
yunani karena filsafat dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu. Ia
berpendapat, bahwa wahyu tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubungan antara
teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antar Yerussalem (pusat agama)
dengan Yunani (pusat filsafat).
Akan
tetapi lama – kelamaan , ia akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cara
berpikir yang rasional. Alasannya bagaimanapun juga berpikir rasional itu
diperlukan sekali. Ketika itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak
dibakukan, saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran – pemikiran ahli pikir
Yunani saja, sehingga akhirnya Tertullianus melihat filsafat hanya dimensi
praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau mode berpikir untuk
memikirkan kebenaran keberadaan tuhan dan sifat – sifatnya.
4. Augustinus
(354 – 430)
Sejak
mudanya ia telah mempelajari bermacam – macam aliran, antara lain platonisme
dan skeptitisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat
kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia
dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang
teologi dan filsafat.
Menurutnya, daya
pemikiran manusia ada batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran
dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal
pikir manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.
Ajaran
Augustinuspun berhasil menguasai sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran
Eropa. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominasi
hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada
suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolastik.
B.
Masa Skolastik
Istilah ini berasal dari kata sifat yang
berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran
atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan
corak
khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.
Beberapa
pengertian dari corak khas skolastik :
a.
Merupakan
filsafat yang mempunyai corak semata – mata agama. Skolastik ini sebagai bagian
dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
b.
Merupakan
filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan
pesoalan – persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian,kerohanian, baik
buruk. Dari rumusan tersebut muncul istilah Skolastik Yahudi, Skolastik Arab
dan selainnya.
c.
Adalah
suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan
dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan
akal.
d.
Merupakan
filsafat yunani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.
Adapun faktor – faktor
yang mempengaruhi perkembangan filsafat skolastik yaitu :
Faktor religius
Yang
dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang
berperikehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu
perjalanan ke tanah suci Yerussalem,
dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata
saja (tempat kesedihan). Manusia dengan sifat kodratnya mempunyai cela atau
kelemahan, ia memerlukan suatu pengampunan untuk dapat sampai ke surga.
Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.
Faktor ilmu pengetahuan
Saat
itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara –
biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambil dari apara
penulis Latin, Arab (Islam) dan Yunani.
Masa
skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu :
1. Skolastik awal (800 – 1200)
2. Skolastik puncak (1200 – 1300)
3. Skolastik akhir (1300 – 1450)
1.
Skolastik awal
Sekjak
abad ke -5 hingga ke -8 masehi, pemikiran filsafat patristik mulai merosot,
terlebih lagi pada abad ke -6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan
pada saat itu terjadi serangan terhadap romawi sehingga kerajaan romawi besreta
peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad – abad. Baru pada
abad ke -8 masehi kekuasaan berada di bawah karel agung (742 – 814) dapat
memberikan suasana ketenangan dalam berbagai bidang termasuk pemikiran filsafat
yang semuanya menampakkan mulainya kebangkitan yang merupakan kecemerlangan
abad pertengahan.
Saat ini merupakan zaman baru bagi
bangsa eropa. Hal ini ditandaidengan skolastik yang di ndalamnya banyak
diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah – sekolah.
Kurikulum pengajarannya meliputi studi
duniawi atau artes liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (seni
berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan musik.
Di
antara tokoh – tokohnya adalah Aquinas (735 – 805), Johannes Scotes Eriugena
(815 – 870), Peter Lombard(1100 – 1160), John Salisbury (1115 – 1180), Peter
Abaelardus(1079 – 1180).
Peter Abaelardus (1079
– 1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia
mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering
kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang
konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai
rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus
mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau
dapat diterima oleh akal.Berbeda halnya dengan Anselmus yang mengatakan bahwa
berpikir harus sejalan dengan iman.
2.
Skolastik Puncak
Masa
ini merupakan masa kejayaan skolastik yang ditandai dengan munculnya
universitas – universitas dan ordo – ordo yang berperan sebagai pusat ilmu
pengetahuan dan kebudayaan.adapun faktor – faktor yang memdukung kejayaannya
adalah :
a.
Adanya
pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke – 12 hingga abad
ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b.
Didirikannya
1200 didirikan Universitas Almameter di
Perancis yang merupakan gabngan dari beberapa sekolah. Almameter inilah sebagai
aawal berdirinya universitas di Paris, Oxford, Mont Pellier,Cambridge dan lain
– lain.
c.
Berdirinya
ordo – ordo yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu
pengetahuan.
Albertus
Magnus (1203 – 1280)
Ia
dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Di universitas Padua ia belajar
artes liberales, ilmu – ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat
aristoteles, teologi di Bulogna, dan masuk Ordo Dominican tahun 1223, lalu kle
Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.
Thomas
Aquinas(1225-1274)
Di
samping sebagai ahli pikir, ia juga dikenaj sebagai dokter gereja bangsa
italia. Ia merupakan tokoh besar skolatitisme, salah seorang suci gereja
Katholik Romawi dan pendirian aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi
gereja katholik. Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari
aliran skolastisisme paada abad pertengahan.
Menurut
pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan
jalan yang berbeda – beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran.
Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran timbul secara
ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di
luar kekuatan pikir.selanjutnya ia mengatkan bahwa iman lebih tinggi dan berada
di luar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan alam semesta. Timbulnya pokok
persoalan yang aktual dan praktis dari gagasannya adalah pemikirannya dan
kepercayaannya telah menemukan kebenaran mutlak yang harus diterima oleh orang
– orang lain. Pandangan inilah menjadikan perlawanan kaum Protestan karena
sikapnya yang otoriter. Ia sendiri menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan
unsur – unsur Aristoteles. Bahkan ia menggunakan ajaran Aristoteles, tetapi
sistem pemikirannya berbeda. Masuknya unsur Aristoteles ini didukung oleh
kebijakan pimpinan gereja Paus Urbanus V (1366) yang memberikan angin segar
untuk kemajuan filsafat. Iapun mengadakan langkah – langkah sebagai berikut.
Langkah pertama, ia
menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke untuk membuat terjemahan baru
langsung dari Yunani untuk melawan Aristotelianisme.
Langkah
kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari
dalam.
Langkah
ketiga, ajaran Aristoteles yang telah
dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang lebih bercorak ilmiah.
3.
Skolastik Akhir
Masa ini ditandai dengan adanya raas
jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga
memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh – tokohnya adalah William
Ockham (1285 – 1349). Nicolas Cussasus (1401 – 1464).
William Ockham (1285 –
1349)
Ia adalah ahli pikir Inggris yang
beraliran skolastik. Ia pernah dipenjara di Avignon karena menolak ajakan
Thomas dan mendalilkan bahwa kenyataan itu dapat apda benda – benda satu demi
satu, dan hal – hal yang umum itu hanya tanda – tanda abstrak.
Menurutnya,
pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang – barang atau kejadian – kejadian
individual. Konsep – konsep atau kesimpulan – kesimpulan umum tentang alam
hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran ini dapat dilalui
hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Di samping itu ia membantah anggapan
skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin logis. Hal ini akan membawa
kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.
Nicholas Cusasus (1401
– 1464)
Ia sebagai tokoh pemikir yang berada
paling akhir masa skolastik. Menurutnya terdapat tiga cara untuk mengenal,
yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan
pengetahuan tentang benda – benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna.
Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk – bentuk pengertian yang abstrak
berdasarkan pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi.hanya dengan intuisi inilah kita akan
dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat satukan. Adapun akal hanya
mempunyai kemampuan yang terbatas. Maka dengan intuisi inilah diharapkan akan
sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya
menjadi larut, yaitu Tuhan. Pemikirannya ini sebagai upaya mempersatukan
seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih
luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini tersirat suatu
pemikiran yang humanis.
4.
Skolastik Arab (Islam)
Tokoh – tokoh yang termasuk para ahli
pikir Islam (pemikir Arab atau Islam pada masa skolastik), yaitu Al-Farabi,
Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Adapun peranan ahli pikir tersebut antara lain
:
a. Hingga abad ke-12 orang – orang barat
belum pernah mengenal filsafat Aristoteles sehingga yang terkenal hanya hanya
buku Logika Aristoteles.
b.
Orang
– orang Barat itu mengenal Aristoteles berkat tulisan dari para ahli pikir
Islam, terutama dari Ibnu Rusyd yang
kemudian dikenal sebagai guru terbesar para ahli pikir Skolastik Latin.
c.
Skolastik
Islamlah yang membawakan perkembangan Skolastik Latin.
Selain dalam
bidang filsafat, para ahli pikir tersebut juga memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang
ilmu pengetahuan. Sebagian ahli pikir Islam menganggap bahwa filsafat Aristoteles
benar, Plato dan Al quran benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme
antara agama dan filsafat. Pemikiran – pemikiran tersebut masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam
paling besar.
Dengan demikian,
dalam pembahasan skolastik Islam terbagi menjadi dua periode, yaitu:
a.
Periode
Mutakallimin (700 – 900)
b.
Periode
filsafat Islam (850 – 1200)
C.
Masa Peralihan
Masa
peralihan ini diisi dengan gerakan kerohanian yang bersifat penbaharuan. Zamanperalihan
ini merupakan embrio masa modern, yang ditandai dengan munculnya Renaissance,
humanisme, dan reformasi yang berlangsung antara abad ke-14 hingga ke-16.
Renaissance
Renaissance atau kelahiran kembali di
Eropa ini merupakan suatu gelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai dari
Italia, kemudian di Spanyol, Prancis, dan selanjutnya hingga menyebar ke
seluruh Eropa. Di antar tokoh – tokohnya adalah Leonardo Da Vinci,
Michelangelo, Machiavelli, dan Giordano Bruno.
Humanisme
Pada mulanya ini dipakai sebagai suatu
pendirian di kalangan ahli pikir Rennaissance yang mencurahkan perhatiannya
terhadap pengajaran kesustraan Yunani dan Romawi, serta prikemanusiaan.
Kemudian, humanisme berubah fungsinya menjadi gerakan untuk kembali melepaskan
gerakan dari gereja dan berusaha menemukan kembali sastra Yunani dan Romawi. Di
antara para tokohnya adalah Boccaccio, Petrarcus, Lorenco Vallia, Erasmus, dan
Thomas Morre.
Reformasi
Merupakan revolusi keagamaan di Eropa
Barat abad ke-16. Itu dimulai dari
pergerakan terhadap perbaikan keadaan Gereja Khatolik, lalu berkembang menjadi
asas – asas Protestanisme. Para tokohnya antara lain Jean Calvin dan Martin
Luther.
Akhirnya dalam filsafat Renaissace salah
satu unsur pokoknya adalah manusia. Suatu pemikiran yang sejajar dengan
Renaissance. Pemikiran yang ingin menempatkan menusia pada tempat yang sentral
dalam pandangan kehidupan.
KESIMPULAN
Akal pada abad pertengahan ini benar –
benar kalah. Hal itu kelihatan dengan jelas pada filsafat Poltinus, Augustinus
dan Anselmus. Pada Aquinas penghargaan terhadap akal muncul kembali, dan karena
itu filsafatnya banyak mendapat kritik. Sebagaimana telah dikatakan , abad
pertengahan merupakan pembalasan terhadap dominasi akal yang hampir seratus persen
pada zaman Yunani sebelumnya, terutama pada zaman sofis.
Pemasungan akal dengan jelas terlihat
pad pemikiran Plotinus. Ia mengatakan bahwa Tuhan (ini mewakili
metafisika)bukan untuk dipahami, melainkan untuk dirasakan.Augustinus mengganti
akal dengan iman; potensi manusia yang diakui pada zaman Yunani diganti dengan
kuasa Allah.
Ciri khas filsafat abad pertengahan
terletak pada rumusan terkenal yang dikemukakan oleh Saint Anselmus, yaitu
credo ut intelligam. Credo ut intelligam kira – kira berarti iman lebih dulu,
setelah itu mengerti. Sifat ini berlawanan dengan sifat filsafat rasional, di
mana pengertian itulah yang didahulukan; setelah mengerti barulah mungkin
diterima, dan kalau mau diimani. Kelihatannya filsafat credo ut intelligam itu
tidak akan merugikan perkembangan filsafat dan saint seandainya wahyu yang
dijadikan andalan adalah wahyu yang tidak berlawanan dengan akal logis. Hal ini
kita temukan misalnya dalam Islam. Filsafat di dalam Islam berkembang amat
pesat karena keyakinan (iman) Islam tidak ada yang berlawanan dengan akal
logis; yang ada ialah bagian – bagian yang supralogis atau suprarasional.Adapun
kelemahan dalam filsafat Kristen pada abad pertengahan ialah sifatnya yang
terlalu yakin pada penafsiran teks Kitab Suci.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi
Asmoro , 1995 , Filsafat Umum , Jakarta : Rajawali Pers
Tafsir
Ahmad , 1990 , Filsafat Umum , Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Kattsoff
Louis O. , 1986 , Pengantar Filsafat , Yogyakarta , Tiara Wacana
This entry was posted
on Selasa, Oktober 16, 2012
at 5:17 AM
and is filed under
filsafat
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.